shutterstock.
Mempraktikkan meditasi selama sepuluh menit setiap hari dapat memperbaiki konsentrasi dan kemampuan untuk menjaga agar informasi tetap aktif dalam pikiran seseorang, suatu fungsi yang dikenal sebagai “memori kerja.” Otak yang lebih efisien dapat melakukan tugas tersebut dengan menggunakan sumber daya otak yang lebih sedikit.
Banyak klaim mengenai dampak meditasi, namun seringkali bukti ilmiah di balik pernyataan-pernyataan tersebut lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Dalam penelitian terakhir kami yang diterbitkan di Scientific Reports, kami mengidentifikasi beberapa kelemahan dari riset-riset terdahulu untuk mendapatkan kepastian mengenai perubahan-perubahan yang terjadi saat seseorang bermeditasi.
Bersama dengan kolega kami dari Universitas Osnabrück di Jerman, kami melakukan studi terkontrol secara acak untuk mendalami dampak dari meditasi kepada fungsi-fungsi kognitif yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk penelitian kami, kami secara acak menempatkan 34 peserta penelitian dalam dua kelompok. Selama delapan minggu, satu kelompok mempraktikkan meditasi sedangkan kelompok yang lainnya–yakni kelompok kontrol–melakukan latihan relaksasi otot.
Menggunakan teknik yang disebut sebagai “kontrol aktif”, di mana kelompok terkontrol diberikan tugas yang serupa, dapat mengesampingkan alasan-alasan alternatif untuk perubahan yang terjadi dalam kinerja peserta penelitian. Contohnya, bahkan terpilih untuk menjadi kelompok percobaan atau terlibat dalam kegiatan baru dapat meningkatkan performa tanpa adanya dampak dari praktik meditasi.
Kami juga membahas mengenai batasan-batasan lain dari penelitian terdahulu. Contohnya, dalam beberapa penelitian, tugas kognitif yang diberikan terlampau mudah sehingga semua peserta, baik kelompok percobaan maupun terkontrol, dapat mencapai tingkat optimum dan membayangi dampak potensial dari meditasi. Terkadang, para peserta hanya harus membedakan dan bereaksi kepada empat stimulus berbeda yang berkali-kali tampak di layar, satu per satu. Tidak lama kemudian, semua peserta eksperimen telah mengoptimalkan performa mereka. Untuk mencegah hal ini, kami menggunakan tugas pelacakan multi objek yang menantang.
Tugas tersebut melibatkan pelacakan dua sampai lima piringan (“target”) yang bergerak di layar komputer di antara 16 piringan identik lain yang bergerak di layar. Para partisipan harus berkonsentrasi pada piringan target tanpa perhatiannya teralihkan oleh piringan-piringan non-target yang lain.
{youtube}lAQM4QJRYV8{/youtube}
Selama beberapa hari, kami menguji para peserta dengan memberikan tugas ini sebelum dan setelah mereka melakukan meditasi atau latihan relaksasi selama delapan minggu. (Para peserta yang ada dalam kelompok meditasi bermeditasi kira-kira empat kali seminggu selama jangka waktu 8 minggu.)
Dalam kelompok meditasi, akurasi pelacakan target meningkat kurang lebih 9%–suatu angka perubahan yang secara statistik signifikan. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi dan memori kerja mereka membaik. Sedangkan para peserta di kelompok terkontrol tidak menunjukkan perbaikan sama sekali.
Otak yang lebih efisien
Untuk mencari tahu apa yang berubah di otak, kami merekam aktivitas otak para peserta dengan electroencephalogram (EEG) selagi mereka melakukan tugas tersebut. Kami menggabungkan cara tersebut dengan metode yang kami gagas 15 tahun lalu: secara cepat menyalakan dan mematikan piringan-piringan bergerak tersebut pada laju tetap 11Hz. Piringan-piringan yang terus berkedap-kedip mendorong sinyal otak yang disebut steady-state visually evoked potential atau SSVEP yakni sinyal otak yang bereaksi pada stimulasi visual pada frekuensi tertentu. Intinya, otak kemudian menghasilkan aktivitas listrik berfrekuensi sama dengan piringan yang kedap-kedip, sinyal tersebut yang lalu terdeteksi oleh EEG.
Kami menemukan bahwa setelah delapan minggu, sinyal SSVEP berkurang sebanyak 88%–lagi-lagi, hanya di kelompok peserta meditasi. Berdasarkan penelitian terdahulu, kami tahu makna dibalik penurunan ini. Jaringan otak yang terlibat dalam pelacakan piringan telah menjadi lebih terasah sehingga otak membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit untuk melaksanakan tugas tersebut.
Suatu teknik sederhana
Kebanyakan penelitian yang menelusuri meditasi menggunakan program-program yang rumit seperti pengurangan stress berbasis kesadaran. Namun, karena program-program tersebut melibatkan yoga, peregangan dan beberapa jenis meditasi, sulit untuk menentukan apakah perbaikan yang tercatat dalam kemampuan kognitif peserta betul-betul diakibatkan oleh suatu praktik meditasi tertentu.
Supaya jelas, kami menginstruksikan kelompok meditasi untuk melakukan satu latihan meditasi sederhana selama sepuluh menit setiap hari. Latihan tersebut adalah meditasi kesadaran bernapas atau mindful breath awareness meditation. Latihan tersebut meminta Anda untuk konsentrasi terhadap sensasi setiap hela napas Anda–contohnya, udara yang mengalir masuk dan keluar dari hidung. Jika ada pikiran, perasaan atau sensasi lain yang muncul, Anda harus mengakui perasaan-perasaan tersebut dan kembali kepada pernapasan Anda tanpa menilai gangguan tersebut atau berpikir lebih jauh.
Sangat menarik bahwa fokus terhadap pernapasan dengan cara yang seimbang dapat berdampak pada konsentrasi dan memori kerja. Kami berpikir bahwa hal tersebut terjadi karena meditasi adalah suatu bentuk latihan jaringan otak, di mana jaringan otak yang sama diaktivasi berkali-kali sehingga menjadi lebih efisien. Tampaknya bentuk meditasi seperti ini menargetkan jaringan otak inti, suatu bagian otak yang saling terhubung dan menjadi pemain kunci dalam banyak tugas-tugas kognitif.
Cukup mudah untuk melihat bagaimana latihan ini relevan dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga konsentrasi, kemampuan memilih informasi yang penting dari gangguan yang lain dan menjaganya dalam pikiran adalah kemampuan yang berguna dalam kondisi kelebihan informasi. Contohnya, baik operator radar maupun gamer video games dapat bekerja lebih baik.
Jadi, mari kita mulai:
Rasakan aliran udara yang berada di ujung hidung kita, biarkan segala pikiran, suara, dan perasaan berlalu tanpa penilaian…
Tentang Penulis
Peter Malinowski, Reader in Cognitive Neuroscience, Liverpool John Moores University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.